Kemerdekaan Beragama & Manifestasi Toleransi

Ms. Novilosophy
2 min readAug 27, 2022

--

Beragama itu berbeda dengan beriman!

Beragama menjadikan orang paham bahwa Tuhan itu ada. Sedangkan bagi yang beriman, menganggap Tuhan itu tak sekedar ada, namun hadir dan dekat. Dalam kacamata kefanatismean, orang beragama memiliki perhatian lebih pada simbol dan atribut keagamaan, sedangkan orang beriman cenderung menyembunyikan ibadahnya dan kepercayaanya dari orang lain. Sehingga, tidak heran jika orang beragama saja, akan mudah menitikberatkan kepada perbedaan atau sensitif dalam melihat perbedaan. Sebaliknya, orang beriman akan condong mencari sisi persamaan dan menghormati perbedaan.

“…orang beragama saja, akan mudah menitikberatkan kepada perbedaan atau sensitif dalam melihat perbedaan. Sebaliknya, orang beriman akan condong mencari sisi persamaan dan menghormati perbedaan.”

Dalam kepekaan keberagaman beragama ini, kebanyakan individu lupa bahwa agama adalah untuk pengendalian diri sendiri, bukan untuk mengatur orang lain. Disinilah perlu adanya bijak untuk bertoleransi.

Toleransi beragama adalah sesuatu yang dipercaya dapat melahirkan perdamaian dunia. saat ini bumi dihuni oleh kurang lebih 7,4 Miliar manusia dan mayoritas dari jumlah tersebut memiliki agama. Umat Kristiani memiliki pengikut sebanyak 2,3 miliar atau 32 persen dari total populasi manusia, Umat Islam memiliki pengikut sebanyak 1,6 miliar atau 23 persen dari seluruh populasi di bumi, Umat Hindu memiliki 1 miliar pengikut atau 15 persen populasi dunia dan kemudian ada Umat Buddha yang memiliki 400 juta pengikut yang menyumbang 7 persen dari seluruh populasi manusia. Sisanya manusia yang ada di bumi menganut Sikhs, Yahudi, Bahai, Confusisianisme, Jainisme, Shintoisme dan lain sebagainya (Most, 2017).

Agama yang ada di dunia juga menyumbang berbagai dinamika dalam berbagai aspek kehidupan yang ada di dunia ini. Tidak jarang, banyaknya kepercayaan yang ada di dunia menimbulkan berbagai masalah yang berpotensi sebagai perusak kedamaian. …

Tulisan selengkapnya dapat diakses melalui laman berikut https://islamina.id/mengapa-indonesia-bukan-negara-islam/

References

Bamba, J. (2001). Mengayau Atau Perang? Fenomenologi Radikalisme Antar Etnis di Kalimantan Barat. Kalimantan Barat.

Blair, G. C. (2013). Poverty and support for militant politics: Evidence from Pakistan. American Journal of Political Science57, no. 1, 30–48.

Brooks, M. E. (2014). The Ku Klux Klan in Wood County, Ohio. The History Press: Ohio.

Fell, E. (2000). On the Concept of Religion. New York: Global Academic Publishing.

Heim, A. (2012, December 30). Apologet icIndex. Retrieved from Apologetic Index: http://www.apologeticsindex.org/2821-religious-freedom-tolerance-and-intolerance

Lukens-Bull, R. (2005). A Peaceful Jihad: Negotiating Identity and Modernity in Muslim Java. New York: Palgrave McMillian.

Most, W. T. (2017, 01 03). Worlds Top Most. Retrieved 08 24, 2017, from http://www.worldstopmost.com/2017-2018-2019-2020/news/largest-religions-world-top-10-fastest-growing-list/

Scruton, R. (2005). The Danger of Internationalism. New York: THEI NTERCOLLEGIATE REVIEW.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

Ms. Novilosophy
Ms. Novilosophy

Written by Ms. Novilosophy

“Look at me as many times as you wish, but you won’t get to know me! Since you have last seen me, I’ve changed a hundred times!” ~ Rumi

No responses yet