Teruntuk Raphita, adik tersayang.
Bisa diputar lagunya Celine Dion yang berjudul “A New Day Has Come” ga? Tiap lagu ini diputar, yang teringat adalah kamu. Karena, kamu yang pertama kali memutar lagu ini di telingaku saat kita masih kuliah dulu.
Let the rain come down and wash away my tears
Let it fill my soul and drown my fears
Let it shatter the walls for a new sun…
A new day has… come
Kamis, 1 September 2022
Pagi ini, seperti biasa di fase diriku yang baru, aku lebih bersemangat untuk bangun pagi. Bahkan sebelum alarm ku berbunyi dan mengganggu nyenyaknya tidurku yang ku tata dengan susah payah. Sengaja tidak mau membiaskan bangun tidur untuk mememgang hp, kali ini rasanya ingin membuat kopi tubruk tanpa gula yang sedikit agak kental dari biasanya. Lagi ingin memang.
Beberapa saat kemudian, ngecek hp ternyata ada banyak notifikasi chat yang sepertinya sejak semalam belum ku buka. Tapi ada yang menarik dari salah satu pops up chat yang terlihat. Chat dari kamu, Raph. Tidak dipungkiri, chat darimu selalu membuatku penasaran dan segera ingin baca. Biasanya nulis banyak kan… haha.
Good morning!
Dear Mbak Noph, sahabat- kakak- buddy from the same “world”😇
Terima kasih sudah jadi sahabat rasa keluarga dimana aku bisa cerita dan melewati banyak momen bersama Mbak. Thank you for coming and taking part in my life and love journey till I met this guy😊 Really hoping to share the moment with you and I pray that God will send you the one- Mr. Right who will loves you like God and your family loves you. The love and happiness you deserve.
Tanpa mengurangi rasa hormatku, aku mau undang Mbak buat hadir di pemberkatan & acara ucapan syukurku bersama keluarga & kerabat ya. Hari Sabtu, 10 September 2022. Untuk detail waktu & lokasi ada di undangan.
Note : well, I suggest you to wait for me in Jakarta since the ticket flights are very expensive, better you use it for eating and buying books🤣😂
Raphita,
Jawabku hanya singkat. Ingat ga?
Dearest Raphitaaaaaaaa…
So happy happy for you. Jaga kesehatan ya jangan lupa.
Mengapa?
Karena otakku sibuk banget memutar memori kita bersama. Ceritamu, kisah keluh-bahagiamu, dan impianmu, tiba-tiba begitu cepat di slideshow gitu loh. Akhirnya datang juga yah :””””)
Dearest, Raph.
Kamu. Seorang yang ku rasa lebih dari sekedar teman baik, lebih dari sekedar adik yang gada lucu-lucunya sama sekali pula. Suka banget bikin orang mikir, jadi lebih banyak membaca lagi karena sering jadi bego haha, dan ada satu hal lagi yang membuat diriku lebih baik ketika mengenal karaktermu, untuk menjadi pendengar yang mindful. Tau ga? To be a good listener for a dominant alpha female, like me, is kind of a huge pressure and uneasy.
Dari hal kecil, sederhana, dan mungkin kamu ga “ngeh” bahkan, efek ini di hidupku banyak banget, Raph. Dari yang suka ngejudge, udah ga lagi. Dari yang suka memotong pembicaraan ketika tak seide, sevisi, dan seirama dalam memandang sesuatu, kini aku jauh lebih kalem dengerin orang lain. Dan yang paling heboh nih, tak ada buruknya menjadi seorang pendengar, karena bisa jadi itu adalah sejumput modal awal sebagai pembicara yang baik dan bijak nanti.
Selain Bang Ernest Hemingway yang banyak bilang bahwa “most people never listen”, behaviour mu itu loh yang menjadikan dirimu adalah role modelku dalam beberapa hal, misalnya untuk memahami the truly art of listening.
Dengan lakumu, kamu mengajarkanku bagaimana Tuhan memberikan kita dua buah telinga dan hanya satu mulut, sejatinya sebagai manusia sudah seharusnya lebih baik jika banyak mendengar daripada berbicara. Dengan begitu, mungkin dunia ini sedikit lebih damai yah kalau dipikir-pikir. Atau lebih baik ga usah dipikir?
Dengan lebih banyak mendengar, manusia jadi mudah memahami orang lain dan diri sendiri. Kamu tahu? Aku memperluas cara pandang akan konteks “mendengar” yang tidak hanya dilakukan dua telinga saja, tapi bagaimana mendengar juga bisa dilakukan oleh kedua mata dan segumpal hati.
Anyway, di dalam Bahasa Inggris ada “listen” dan “hear” untuk menggunakan kata “mendengar”. Kalau dibaca berulang-ulang dan melihat konteksnya, memang memberikan dua kesan berbeda yah. Menurut bbc.co.uk kata “hear” digunakan bahkan ketika kamu tidak menginginkan sesuatu untuk betul-betul didengar, hanya sekedar saja didengarkan. Sedangkan kata “listen” dipakai untuk tindakan yang benar-benar kamu ingin dengarkan, kalau mau bener-bener memahami.
We use hear for sounds that come to our ears, without us necessarily trying to hear them! For example, ‘They heard a strange noise in the middle of the night.’ Listen is used to describe paying attention to sounds that are going on. For example, ‘Last night, I listened to my new Mariah Carey CD.'
Ngecek lagi penggunaan “hearing” dan “listening” di Merriam-Webster.
Merriam-Webster defines hearing as the “process, function, or power of perceiving sound; specifically: the special sense by which noises and tones are received as stimuli.” Sementara itu, kata “listening” memiliki definisi seperti ini Listening is “to pay attention to sound; to hear something with thoughtful attention; and to give consideration.”
Dari sini, mendengar saja jadi seperti ada tingkatannya. Dari yang sekedar masuk kuping kanan, lalu keluar kuping kiri. Hingga “nih, semua kupingku lagi ku pasang buatmu” (kasarannya dari “I’m all ears” gitu kan…).
Hearing as the “process, function, or power of perceiving sound; specifically: the special sense by which noises and tones are received as stimuli.” Listening, on the other hand, means “to pay attention to sound; to hear something with thoughtful attention; and to give consideration.”
Sabtu, 10 September 2022
Aku antusias tau, pengen banget liat kamu full dandan gitu. Live di sana. Haru banget pasti. Orang live aja, jadi ikut terharu. Aku pengen mendengar lebih lagi akan senyuman yang terlukis manis di bibirmu itu.
Ah, benar saja. Foto ini cukup mencuri perhatianku… Iyah yang ini!!!
Kamu cantik banget :)

Where it was dark now there’s light
Where there was pain now there’s joy
Where there was weakness, I found my strength
Tibalah hari ini.
Hari yang dinantikan olehmu, orang-orang terdekatmu, dan aku. Bahagiamu adalah bahagiaku. Begitu kira-kira.
Kalau Bunga Melati itu manis dengan warna putihnya
Kamu lebih manis dari Si Melati
Kalau Bunga Mawar itu cantik dengan durinya
Kamu tetap mempesona dengan isi hati
Ketika di kebun ada begitu banyak jenis bunga
Kamu bukan memilih menjadi salah satu dari mereka
Tapi kamu memilih jadi rerumputan penghijau di bawahnya
Dengan kerendahan hatimu, semua orang mulai terpana
Bukan memilih jadi bunga paling apik
Atau bahkan pemilik kebun dengan segala ke-aku-annya
Kamu akhirnya menjadi yang paling tidak ditilik
Bahkan sering dipangkas dengan sengaja
Ketika pemilik kebun memangkas rerumputan dengan berisik
Dia mungkin lupa salah satu fungsi rumput adalah meminimalkan bisingnya suara dunia
Semakin rumput ditata secara artistik
Dipakai untuk kaki berjalan dengan asyik
Bisa jadi kebun semakin banyak manfaatnya
Dari mengenalmu itu, aku jadi tahu bahwa menjadikan diri serendah mungkin bisa membuat kita sampai pada titik tak bisa direndahkan oleh siapapun.
Akhirnya, ku ucapkan… Selamat menempuh bagian perjalanan hidup barumu. Tetaplah menjadi pendengar yang baik dan pribadi rendah hati untuk orang sekitarmu.
